Poster Film Badarawuhi di Desa Penari yang Sedang Tayang di Bioskop. Foto: Instagram/@kknmovie

Warta Tangsel -  Badarawuhi di Desa Penari adalah salah satu film bioskop yang sedang dipadati penonton selama libur lebaran 2024. Bahkan di Bioskop Sukabumi saja, Film Badarawuhi di Desa Penari memiliki jam tayang terbanyak dibandingkan judul lainnya.

Film Badarawuhi di Desa Penari diproduksi oleh MD Pictures. Tayang sejak libur lebaran, 11 April 2024 lalu, Film Badarawuhi di Desa Penari adalah spin off dari Film KKN di Desa Penari.

Film besutan Muhammad Stamboel atau Kimo Stamboel ini ini fokus pada misteri Badarrawuhi dan tradisi pemilihan Dawuh atau tumbal yang akan dijadikan penari untuk menemani lelembut di sebuah hutan perbatasan atau tapak tilas di ujung desa. Mengutip Tempo co, Simple Man, peramu kisah Desa Penari di Twitter pada 2019, mengaku tulisan tersebut diangkat dari kisah nyata.

Badarawuhi di Desa Penari, yang juga akan tayang secara global dengan judul Dancing Village: The Curse Begins itu membuat penasaran orang. Pasalnya, banyak yang bertanya-tanya, apakah film prekuel ini akan sesukses KKN di Desa Penari yang ditontoh lebih dari 10 juta penonton pada 2022.


Simak Sinopsis Film Badarawuhi di Desa Penari berikut lengkap dengan cerita Review-nya!

Sinopsis Film Badarawuhi di Desa Penari 

Review Film Badarawuhi di Desa Penari yang Sedang Tayang di Bioskop. Foto: Instagram/@kknmovie

Dalam keangkeran Desa Penari, Badarawuhi berperan sebagai sosok wanita penari yang terus meneror para mahasiswa KKN yang berkunjung ke desa. Mereka harus menghadapi serangkaian kejadian mengerikan tak terduga dan di luar batas nalar. 

Badarawuhi dianggap sebagai ratu penguasa dalam kehidupan spiritual dan mistis di Desa Penari.

Badarawuhi, yang juga disebut sebagai pemilik sinden atau tempat mandi para penari di hutan, menjadi karakter multifaset yang tidak hanya memimpin, tetapi juga ikut dalam upacara tradisional seperti menari untuk memenuhi kebutuhan roh penjaga hutan.

Badarawuhi dijanjikan untuk mengungkapkan sisi-sisi yang lebih dalam dan misterius dari karakternya. Hal ini mengingat Badarawuhi yang berperan sebagai elemen sentral dalam film ini. Dengan janji kejutan dan ketegangan yang menanti, penonton diundang untuk menyaksikan sendiri perjalanan Badarawuhi di Desa Penari.

Film Badarawuhi di Desa Penari  akan membawa penonton ke dalam alam mistis, menggali lebih jauh tentang latar belakang dan tujuan Badarawuhi, serta meresapi ketegangan yang tumbuh dalam kisah ini. Jadi, siapkan diri untuk menyaksikan cerita yang menghibur dan mendebarkan.

Video Trailer - Badarawuhi di Desa Penari


Review Film Badarawuhi di Desa Penari

Tak jauh berbeda dengan film KKN di Desa Penari, pemeran utama sebagai Badarawuhi tetap diperankan oleh Aulia Sarah dengan lawan tandingannya, Diding Boneng sebagai Mbah Buyut. 


Peran selanjutnya diambil oleh Maudy Effrosina sebagai Mila, Jourdy Pranata, Claresta Taufan, Dinda Kanya Dewi, Ardit Erwandha, Maryam Supraba, dan Aming Sugandhi. 


Maudy Effrosina mampu memerankan tokoh utama sebagai Mila secara menyeluruh dan menyatu dengan karakteristik yang ia mainkan. Meski namanya tidak setenar Adinda Thomas, Tissa Biani, dan pemeran perempuan lainnya di film pertama, kepiawaiannya memainkan mimik muka, patut diacungi jempol.


Apalagi, karakter Mila digabungkan dengan gemilangnya akting Claresta Taufan yang berperan sebagai Ratih. Keduanya sangat cocok dan saling melengkapi satu sama lain sebagai dua tokoh itu akan membuat penonton terheran-heran.


Dalam cerita di Film Badarawuhi di Desa Penari, sebelumnya telah dikatakan, akan menampilkan peran Badarawuhi yang lebih besar dan menempatkannya sebagai pusat sentral film, ditambah Mila sebagai pemeran utama lain. 


Di dalamnya juga akan menawarkan misteri-mesteri yang belum terjawab di film pertama. Tak hanya kepiawaian akting para artis, Film Badarawuhi di Desa Penari  juga memberikan informasi kepada penonton seputar budaya klenik yang dilakukan masyarakat desa setempat. 


Budaya tersebut merupakan bagian dari ritual pemilihan Dawu untuk dijadikan sebagai tumbal agar bisa menjaga desa dari bahaya.


Penulis : Muhammad Miko Prayoga